Elemen pembentuk ruang arsitektural di lahan basah Banjarmasin

Abstract

Kehidupan masyarakat kota Banjarmasin lekat dengan budaya sungai. Hal ini terdefinisi dengan baik pada permukiman yang berada di pinggiran sungai beserta aktivitasnya. Bentuk permukiman memiliki pola linear mengikuti alur sungai, rumah-rumah juga dibangun menghadap sungai, semua aktivitas yang terjadi juga erat kaitannya dengan sungai seperti: mandi, mck, bermain, hingga jual-beli. Namun, seiring dengan berubahnya orientasi pembangunan, perubahan pun terjadi dalam tata nilai budaya sungai. Sungai tidak lagi menjadi sesuatu yang terpenting dalam kehidupan, sehingga budaya sungai yang sebelumnya membentuk sikap dan pola berpikir, tidak lagi menjadi bagian tata nilai masyarakatnya. Hal ini tanpa disadari membuat sungai mulai menghilang. Pemerintah Kota Banjarmasin saat ini menyadari hal ini, sehingga banyak kegiatan pembangunan yang berupaya mengembalikan sungai sebagai bagian dari Kota Banjarmasin. Membangun ruang publik ditepian sungai menjadi pilihan utama pemerintah. Untuk mendukung program pemerintah daerah ini, penelitian ini berupaya mendefinisikan elemen-elemen pembentuk ruang arsitektural di lahan basah Banjarmasin. Hal ini bertujuan untuk mengedukasi masyarakat tentang budaya sungai, melalui arsitekturnya. Metode sense of place digunakan untuk menggali elemen-elemen arsitektural yang mampu membentuk Ikatan emosional sekaligus sebagai media edukasi tentang lahan basah Banjarmasin kepada masyarakatnya. Penelitian ini menyimpulkan bahwa, setting fisik berupa titian, bangunan panggung dan terapung, serta vegetasi khas lingkungan lahan basah Banjarmasin, merupakan elemen-elemen arsitektural yang mampu membentuk makna ruang yang memiliki nilai budaya sungai. Sehingga, jika pemerintah daerah ingin pembangunan di Kota Banjarmasin berwawasan budaya sungai, maka disarankan untuk menggunakan elemen arsitektural tersebut ke dalam perancangan.